top of page

SRATEGI

1. SMART TOURISM

Day Pass at Hilton Bali Resort.jpg

Smart tourism didefinisikan sebagai pariwisata yang didukung oleh upaya terpadu di suatu tujuan untuk mengumpulkan data yang berasal dari infrastruktur fisik, koneksi sosial, sumber pemerintah, organisasi dan dari tubuh ataupun pikiran manusia yang dikombinasikan dengan penggunaan teknologi canggih untuk mengubah data menjadi pengalaman di tempat (onsite experience) dan proposisi nilai bisnis dengan fokus yang jelas pada efisiensi, keberlanjutan dan memperkaya pengalaman berwisata. Tujuan akhir dari gagasan smart tourism adalah untuk mengembangkan smart tourism destination, yang merupakan kasus yang khusus pada smart city (Gretzel et al. 2015a: 181). Upaya pertama dalam mendefinisikan karakteristik smart tourism dilakukan oleh Molz (2012). Menurut Molz, pariwisata cerdas terkait dengan:

a. konektivitas melalui aplikasi berbasis web dengan kemampuan lokasi (peta elektronik)

b. wisatawan berperan sebagai co-producers pada konten destinasi

c. Meningkatkan pengalaman berwisata melalui teknologi terkini (Augmented Reality)

d. Berinteraksi dengan masyarakat lokal dan wisatawan lain yang pada destinasi. e. Meningkatkan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Smart tourism telah secara kritis berasumsi bahwa wisatawan ingin menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi untuk berbagai tujuan, dalam setiap konteks, setiap saat, dan mereka ingin melakukannya dengan berinteraksi dengan para stakeholder secara dinamis dan terbuka (Veiga et al, 2017).

2. KONSERVASI PENYU

saving_sea_turtle.png
QE0S5U2B-tukik-kili-kili.jpg

    Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mencegah punahnya habitat penyu, mencegah adanya pemanfaatan penyu demi kepentingan komersial seperti penjualan telur, daging, maupun cangkang dan dapat menjadi sarana berbagi ilmu atau edukasi kepada masyarakat secara luas tentang pentingnya konservasi penyu demi menjaga habitat penyu di Gunungkidul agar tidak punah.

 

  Berdasarkan UU nomor 5 tahun 1990/PP 7 tahun 1999, diketahui bahwa penyu menjadi satwa yang dilindungi, oleh sebab itu, masyarakat yang ada di beberapa pantai di pesisir Yogyakarta memegang peranan penting dalam upaya konservasi penyu, si hewan purba yang jumlahnya makin berkurang. Salah satu jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea) rutin untuk singgah dan bertelur di pesisir Yogyakarta (Budiantoro, 2017). Beberapa pesisir yang menjadi singgah penyu adalah di Pantai Samas, Pantai Pelangi, Pantai Baru, Pantai Trisik, Pantai Sedahan, dan Pantai Wediombo di Kabupaten Gunungkidul.

 

  Dalam rangka mewujudkan kelestarian kawasan Pantai Sedahan sebagai kawasan konservasi penyu yang dapat memberikan efek positif terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di sekitar Pantai sedahan dan diharapkan jika terlaksana dengan baik program konservasi penyu dapat menjadi sebuah objek wisata alternatif lain serta menjadi pilihan wisatawan yang berkunjung di Gunungkidul.

3. EDUKASI KONSERVASI ALAM

education-alam.jpg

  Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, baik hayati maupun non hayati. Keanekaragaman hayati bersumber dari flora dan fauna yang ada di Indonesia, seperti hutan dan keanekaragaman hewan yang tinggal di dalamnya. Saat ini, luas hutan Indonesia mencapai sekitar 120 juta ha, namun pemanfaatan hutan dirasakan masih kurang maksimal. Bahkan kerusakan terhadap lingkungan alam, termasuk hutan, kian marak terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan pemahaman untuk melestarikan serta memanfaatkan sumber 96 daya alam yang ada. Kekayaan alam yang disertai dengan ketidakpahaman masyarakat Indonesia menjadi cikal bakal adanya upaya edukasi konservasi alam.

 

  Diharapkan dalam pengadaan edukasi konservasi alam dapat menarik wisatawan dan dapat mengedukasi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan program atau metode pembelajaran pemberdayaan dalam upaya meningkatkan serta masyarakat dalam konservasi sumberdaya alam dan lingkungannya serta sekaligus meningkatkan ekologi maupun ekonomi baik langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat.

4. Camp View by Resort 

camp-area.jpg

Camping yang belakangan ini semakin populer dan telah menjadi alternatif wisata yang banyak digandrungi oleh lintas sosial, ekonomi dan lintas pendidikan. Kepopulerannya telah menghadirkan beragam bisnis bergenre camping dengan perputaran nilai perekonomian yang cukup menguntungkan. Potensi ini telah melahirkan banyak inovasi baru yang dilakukan oleh para pelaku bisnis pariwisata, salah satunya adalah layanan berkemah dalam dalam kemegahan fasilitas yang disajikan untuk memanjakan wisatawan. Dan salah satu contohnya yaitu Giri wanara camping resort. Giri wanara camping resort adalah sebuah tempat penginapan dengan konsep camping mewah atau Glamping yang saat ini tengah hits dan berlokasi di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul. ketika berada di tempat ini kamu akan dimanjakan dengan konsep glamping resort yang begitu natural serta menyatu dengan alam dan dipadukan dengan master plan dengan nuansa budaya Jawa yang begitu kental yang memberikan kenyaman.

​

Daya tarik dari Camp view by Resort : 

  • Akses Lokasi Mudah, Giri wanara sendiri berlokasi tidak terlalu jauh dari pusat Keramaian Kecamatan Wonosari dan hanya berjarak sekitar 47 km dari pusat Kota Yogyakarta yang mana 97 bisa ditempuh menggunakan kendaraan selama 1 jam 30 menit saja. Sedangkan untuk akses jalan menuju lokasi sudah beraspal rata, hanya saja ketika menjelang sampai di tempat tujuan kamu akan menemui beberapa jalan berliku khas pegunungan.

  • View mengagumkan, Ketika berada di tempat ini kamu akan dibuat takjub dengan view berupa lanskap panorama alam perbukitan yang betul-betul asri dipadukan dengan aliran sungai yang mengalir tenang pada lembah di bawahnya.

  • Fasilitas lengkap, Fasilitas yang ditawarkan oleh Giri Wanara tidak kalah jauh dengan hotel bintang lima berikut fasilitasnya: Area parkir, restoran, layanan kamar, resepsionis 24 jam, AC, WIFI, Coffee / Tea Maker, Desk, Hot water, Terrace, Private bathroom Shower, Toiletries, Breakfast for 2 pax.

DESA WISATA

Desa wisata merupakan suatu bentuk perkembangan pariwisata yang menitik beratkan pada kontribusi masyarakat sekitar pedesaan dan pelestarian lingkungan area pedesaan. Desa wisata memiliki produk wisata yang bernilai budaya dan memiliki karakteristik tradisional yang kuat (Fandeli, Baiquni, Dewi, 2013) Begitupun menurut Inskeep (2013) mendefinisikan wisata pedesaan yang dimana sekelompok wisatawan tinggal dalam suasana yang tradisional, tinggal di desa untuk mempelajari kehidupan di pedesaan. Menurut Peraturan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, desa wisata adalah suatu bentuk kesatuan antara akomodasi, atraksi, sarana dan prasarana pendukung wisata yang disajikan dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku, seperti : 

  1. Tradisi berupa Sedekah Laut, Konsep tradisi sedekah laut merupakan sebuah upacara yang dimulai dengan prosesi kenduri yang dipimpin oleh ketua adat dan diikuti berbagai kelompok nelayan serta masyarakat untuk memohon kepada tuhan yang maha esa agar tangkapan ikan pada musim panen ikan melimpah dan para nelayan diberi keselamatan.Selanjutnya Ubo rampe diarak ke pinggir pantai untuk selanjutnya dilabuh (dilarung) beberapa keperluan jenis sesaji dari mulai Kepala Kambing,aneka jenis buah ,jajan pasar hingga bentuk panganan dan lauk pauk sampai sejumlah peralatan dan aksesoris kaum perempuan seperti kain,jarik ,selendang dan sanggul semua jenis sesaji dikemas dalam sebuah yang berbentuk rumah joglo kecil yang dihiasi janur atau aksesoris lainya. Prosesi pelarungan berbagai macam sesaji ke tengah laut lepas diiringi arakarakan perahu nelayan dengan berbagai hiasan warna-warni yang mengangkut peserta prosesi yang berpakaian adat tradisional jawa dan beberapa tokoh masyarakat maupun tamu undangan,selain nilai sakralnya yang dianut sebenarnya sedekah laut juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan, mereka berharap tidak pupus ditelan zaman. diharapkan dengan adanya konsep tradisi ini dapat menarik minat masyarakat untuk datang berwisata sehingga dengan adanya tradisi ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

​

​

​

​

​

​

​

​

​

​

​

​

   

 

 

 

2. Sendra tari jathilan Kuda lumping, merupakan salah satu cabang kesenian yang sudah lama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah kabupaten di Jawa Tengah. Yang tercatat masih memiliki kesenian kuda lumping ini antara lain Kabupaten Magelang, Semarang, Kendal, Pekalongan, Batang, Tegal, Pemalang, Wonosobo dan Temanggung. Masingmasing kabupaten mempunyai ciri khas.Kesenian kuda lumping semula dikenal sebagai kesenian jathilan yang selanjutnya dikenal dengan (kuda) jaran kepang, Jathilan ini menjadi nama yang lebih populer dibandingkan dengan kedua nama sebelumnya. Nama “kuda lumping” bukan saja dikenal di Jawa Tengah, melainkan sudah secara nasional. Jathilan berasal dari kata jathil yang mengandung arti menimbulkan gerak reflek melonjak, sebagai tanda memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan ini tersirat dalam tarian yang diilhami oleh cerita Panji yang mengisahkan 99 pertemuan Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji. Durasi penampilan kesenian jathilan ini sangat pendek yaitu sekitar 20 menitan.

​

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3. Industrial Home Sale, Konsep industrial home sale yang berada di Kabupaten GunungKidul ini diadaptasi dari tempat penjualan oleh-oleh yang berupa makanan khas daerah dan kerajinan tangan berupa gerabah. Lalu kami buat perencanaan pusat oleh-oleh tersebut dengan konsep Industrial Home Sale. Barang-barang yang dijual pada Industrial Home Sale akan diproduksi oleh masyarakat setempat sebagai salah satu tujuan memajukan dan menyukseskan kegiatan perekonomian setempat. Industrial sendiri nantinya akan terbagi atas 2 macam yaitu :

1. Pusat oleh-oleh berupa masakan dan makanan khas yang berasal dari Kabupaten GunungKidul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pusat oleh-oleh kerajinan tangan berupa gerabah yang berasal dari Kabupaten GunungKidul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1539572483.jpg
jathilan-bromo.jpg
kampung-semarang.jpg
bottom of page